Telepon Seluler atau Handphone atau Hape sudah menjadi pemandangan umum bagi kita, dan fungsinya juga tidak sekadar untuk menelpon atau ber-SMS. Sekarang ini ponsel telah memiliki kemampun yang multiguna. Coba anda lihat fitur-fitur ponsel anda, lebih dari sekedar untuk melakukan panggilan telepon dan atau menerima panggian telepon, tidak Cuma kirim balas SMS, akan tetapi ada fitur kamera, Pemutar MP3 dan lain-lain bukan?
Namun tahukah anda, bahwa ponsel yang ada bersama anda sekarang ini, yang selalu menemani kemanapun anda pergi ternyata memiliki kemampuan tambahan juga. Apakah kemampuan tambahan pada ponsel anda itu? Yaitu suatu fitur untuk merusak kesehatan anda, kita semua yang memiliki ponsel!
Beberapa rangkuman dibawah ini terhadap berbahayanya ponsel untuk diri anda, atau lebih tepatnya seberapa parahkah radiasi ponsel terhadap kesehatan kita semua? Dan juga jika memang radiasi pada ponsel itu memang berbaya, penyakit apa saja yang akan ditimbulkan pada kita?
Telepon seluler atau ponsel yang banyak digunakan oleh masyarakat saat ini, memang sangat membantu dalam hal kemudahan berkomunikasi. Ukuran ponsel makin lama makin kecil agar lebih praktis mudah dimasukkan ke dalam saku dan kelebihannya makin lama makin canggih. Kecanggihan dan kelebihan ponsel tidak lain adalah waktu selalu ditemukan hal yang baru. Akan tetapi satu hal yang perlu diingat bahwa pancaran sinyal dari emiter ponsel selalu mengikuti kaidah pancaran radiasi gelombang elektromagnetik.
Spektrum gelombang elektromagnetik dikelompokkan berdasarkan panjang gelombangnya atau bisa juga dikelompokkan berdasarkan frequensinya. Mengenai spektrum gelombang elektromagnetik berdasarkan panjang gelombangnya atau frequensinya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
No. Jenis gelombang elektromagnetik: | Panjang gelombang (m) | Frequensi, (Hertz) | |
1. Gelombang radio: a. Radio gelombang panjang b. Radio gelombang pendek c. Komunikasi bands. d. Televisi 2. Gelombang Mikro: a. Radar 3. Infra merah 4. Cahaya tampak 5. Ultra ungu 6. Sinar – X 7. Sinar gamma | 109 - 10-3 109 - 103 103 - 10 105 – 10-3 10 – 10-1 10 – 10-5 10 – 10-3 10-3 – 10-6 10-6 – 10-7 10-7 – 10-10 10-8 – 10-12 10-10 – 10-16 | 1 – 1011 1 – 105 105 – 107 103 - 1011 107 – 109 107 – 1013 108 – 1011 1011 – 1014 1014 – 1015 1015 – 1019 1016 - 1021 1018 – 1025 |
Berdasarkan tabel tersebut di atas , tampak bahwa pancaran gelombang elektromagnetik dari ponsel dengan frequensi antara 450 – 1800 MHz telah memasuki daerah gelombang mikro seperti halnya radar. Bila dilihat energinya, maka pancaran gelombang elektromagnetik dari ponsel akan menghasilkan energi yang mengikuti persamaan berikut ini :
E = h u
= h c/l
dimana:
E = energi yang dihasilkan, erg.
h = konstanta planck, 6,62 x 10-27 erg detik
c = kecepatan cahaya, 300.000 km/detik = 3.1010 cm / detik
l = panjang gelombang.
E = 6,62.10-27 x 3.1010 / (10-2.10-2 )
= 19,86.10-17 erg
Karena ; 1 eV = 1,6.10-12 erg
Maka : E =(19,86.10-17)/(1,6. 10-12)eV.
= 12,41 . 10-5 eV
= 1,241 . 10-6 eV
Pengujian-pengujian Lain
= h c/l
dimana:
E = energi yang dihasilkan, erg.
h = konstanta planck, 6,62 x 10-27 erg detik
c = kecepatan cahaya, 300.000 km/detik = 3.1010 cm / detik
l = panjang gelombang.
Kalau panjang gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh ponsel diambil 10-2 meter, maka energi elektromagnetik yang akan dihasilkan dapat dihitung sebagai berikut ;
E = 6,62.10-27 x 3.1010 / (10-2.10-2 )
= 19,86.10-17 erg
Karena ; 1 eV = 1,6.10-12 erg
Maka : E =(19,86.10-17)/(1,6. 10-12)eV.
= 12,41 . 10-5 eV
= 1,241 . 10-6 eV
Hasil perhitungan tersebut di atas menunjukkan bahwa quantum energi yang ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik ponsel, secara kuantitas relatif masih kecil karena hanya berkisar seper sejuta elektron Volts. Namun kalau jarak sumber radiasi dengan materi, yaitu jarak antara pesawat ponsel dengan kepala (khususnya telinga) diperhitungkan, maka dampak radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh ponsel tidak boleh diabaikan begitu saja. Alasannya adalah karena intensitas radiasi elektromagnetik yang diterima oleh materi (kepala khusus bagian telinga), akan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak, artinya makin dekat dengan sumber radiasi (ponsel) akan makin besar radiasi yang diterima. Persoalan akan lebih menarik lagi, kalau waktu kontak atau waktu berbicara melalui ponsel diperhitungkan, maka akumulasi dampak radiasi akibat pemakaian ponsel perlu dicermati lebih jauh lagi. Hal-hal inilah yang pada saat ini sedang diteliti oleh Prof. Leid Salford, yaitu dampak radiasi elektromagnetik ponsel terhadap tubuh manusia. Untuk lebih lengkapnya silahkan klik pada link ini : (http://www.elektroindonesia.com/elektro/ut32.html)
Banyaknya pemakai ponsel yang resah dengan isu ancaman kesehatan akibat ponsel. Contoh isu tersebut yaitu radiasi ponsel diduga dapat menyebabkan tumor otak, namun hasilnya belum diketahui secara pasti hingga kini. Tudingan lainnya yaitu ponsel dianggap dapat mengganggu peralatan mesin pacu jantung dan alat bantu pendengaran.
Hasil penelitian membuktikan adanya dua penyebab terjadinya kasus tersebut. Yang pertama dituding adalah electromagnetic compatibility (EMC). Emisi energi dari ponsel memang dapat mengganggu peralatan elektronik, seperti alat pacu jantung dan alat bantu pendengaran. Kedua, gangguan datang dari electromagnetic radiation (EMR), yang diduga menyebabkan penyakit kanker. Penelitian yang dilakukan di University of Washington, pada tahun 1996 menemukan bahwa EMR dalam bentuk energi gelombang mikro rendah (seperti yang dihasilkan ponsel) dapat merusak struktur DNA.
Efek lain yang ditimbulakan oleh radiasi ponsel terhadap kesehatan kita adalah bisa memicu kepadatan tulang pinggul. Ini khusus buat anda yang menaruh ponsel di pinggang. Sebuah penelitian di University di Isparta, Turki. Para peneliti menggunakan sinar X rangkap dua untuk mengukur kepadatan tulang pinggul pada 150 pria yang meletakkan ponselnya di pinggang.
Pria tersebut rata-rata membawa ponsel pada pinggulnya 15 jam setiap hari dan telah menggunakan ponsel selam enam tahun. Dari hasil pemeriksaan sinar X dan penelitian lebih lanjut, kepadatan tulang pinggul pria tersebut berkurang karena radiasi ponsel.
Pengurangan kepadatan tulang tersebut memang tidak terlalu signifikan dan bisa dikategorikan dalam osteoporosis. “Walaupun tidak signifikan tetapi, pria-pria tersebut yang rata-rata berusia 32 tahun, dalam beberapa tahun mendatang berisiko tinggi mengalami keropos tulang,” kata Dr. Tolga Atay dan Suleyman Demirel, tim peneliti dari universitas di Turki tersebut.
Tim peneliti mengharapkan para produsen ponsel bisa mengembangkan produk yang aman dan yang bisa mengurangi efek negatif dari ponsel bagi kepadatan tulang. Mereka juga menyarankan bagi para pengguna ponsel untuk menghindari paparan gelombang elektromagnetik dari ponsel sesekali.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, dampak gelombang elektromagnetik dari ponsel sebenarnya tidak berbahaya asalkan pancarannya kecil. Namun, seberapa kecil ukuran pancaran itu, masih belum jelas hingga kini.
Dikutip dari situs kapanlagi.com, telah dilakukan uji coba pengukuran radiasi ponsel. Dimana hasil dari pengukuran yang diperoleh, terdapat korelasi berbanding terbalik, antara jarak dan besarnya radiasi yang diterima. Makin dekat jarak antara organ tubuh dan ponsel saat komunikasi, maka makin besar radiasi yang dialami oleh organ tubuh tersebut, demikian juga sebaliknya.
Oleh karena itu, sebaiknya sejak saat ini kita mencoba untuk meminimalisir efek radiasi yang kita terima. Berbagai usaha bisa kita lakukan, seperti: Menjaga jarak sejauh mungkin, antara telinga dan ponsel, saat kita sedang aktif berbicara. Kemudian, menggunakan aksesoris yang dapat mengurangi efek radiasi dari ponsel. Atau dapat juga dengan menggunakan hand set atau handsfree, sehingga radiasi yang keluar dari ponsel tidak akan langsung mengenai tubuh kita.
Tahun 2008
Tepatnya pada akhir bulan Maret, Vini Gautam Khurana, ahli bedah saraf dari Universitas Nasional Australia, Canberra, mempublikasikan hasil penelitiannya tentang bahaya radiasi ponsel.
Selama 15 bulan, Khurana menelaah lebih dari 100 penelitian yang telah dilakukan berbagai lembaga, tentang keselamatan penggunaan telepon seluler. Hasil penelitian itulah yang menimbulkan gelombang reaksi besar hingga sekarang, karena Khurana menyatakan penggunaan telepon seluler akan memicu epidemi tumor otak, yang akan membunuh lebih banyak orang ketimbang rokok. Menurut riset profesor peraih 14 penghargaan medis ini, penggunaan telepon seluler–langsung dari handset–lebih dari 10 tahun akan menggandakan risiko terkena kanker otak.
Tidak hanya Khurana yang punya perhatian besar terhadap dampak buruk penggunaan telepon seluler, lembaga penelitian bergengsi lain juga demikian. Di tahun yang sama namun pada bulan Juni Mobile Telecommunications and Health Research di Inggris, bekerja sama dengan Imperial College, London, mengadakan penelitian besar-besaran tentang apakah telepon genggam bisa memicu gejala kanker otak, alzheimer, dan parkinson. Penelitian yang didanai pemerintah Inggris dan sejumlah perusahaan seluler ini akan “membuntuti” 90 ribu orang responden selama setahun. Lalu mengevaluasi dampak kesehatannya.
Menjawab kekhawatiran dunia akan bahaya telepon genggam, Organisasi Kesehatan Dunia juga telah meluncurkan Health Evidence Network. Ini merupakan layanan informasi Organisasi Kesehatan Dunia Kantor Regional Eropa, sebagai referensi bagi pengambil keputusan di bidang medis.
Ternyata, menurut organisasi kesehatan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa ini, bukti bahwa radiasi telepon seluler dapat memicu tumor otak, tumor pada sel saraf pendengaran, tumor kelenjar saliva, leukemia dan limfoma, masih “lemah dan tak bisa disimpulkan”. Alasannya, orang hanya memakai telepon dalam waktu terbatas–bukan sepanjang hari secara terus-menerus.
dari bergagai sumber
Efek lain yang ditimbulakan oleh radiasi ponsel terhadap kesehatan kita adalah bisa memicu kepadatan tulang pinggul. Ini khusus buat anda yang menaruh ponsel di pinggang. Sebuah penelitian di University di Isparta, Turki. Para peneliti menggunakan sinar X rangkap dua untuk mengukur kepadatan tulang pinggul pada 150 pria yang meletakkan ponselnya di pinggang.
Pria tersebut rata-rata membawa ponsel pada pinggulnya 15 jam setiap hari dan telah menggunakan ponsel selam enam tahun. Dari hasil pemeriksaan sinar X dan penelitian lebih lanjut, kepadatan tulang pinggul pria tersebut berkurang karena radiasi ponsel.
Pengurangan kepadatan tulang tersebut memang tidak terlalu signifikan dan bisa dikategorikan dalam osteoporosis. “Walaupun tidak signifikan tetapi, pria-pria tersebut yang rata-rata berusia 32 tahun, dalam beberapa tahun mendatang berisiko tinggi mengalami keropos tulang,” kata Dr. Tolga Atay dan Suleyman Demirel, tim peneliti dari universitas di Turki tersebut.
Penelitian yang dipublikasikan pada Journal of Craniofacial Surgery, edisi bulan September, menunjukkan bahwa gelombang elektromagnetik dari ponsel bisa merusak dan mengurangi kekuatan tulang.
Tim peneliti mengharapkan para produsen ponsel bisa mengembangkan produk yang aman dan yang bisa mengurangi efek negatif dari ponsel bagi kepadatan tulang. Mereka juga menyarankan bagi para pengguna ponsel untuk menghindari paparan gelombang elektromagnetik dari ponsel sesekali.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, dampak gelombang elektromagnetik dari ponsel sebenarnya tidak berbahaya asalkan pancarannya kecil. Namun, seberapa kecil ukuran pancaran itu, masih belum jelas hingga kini.
Dikutip dari situs kapanlagi.com, telah dilakukan uji coba pengukuran radiasi ponsel. Dimana hasil dari pengukuran yang diperoleh, terdapat korelasi berbanding terbalik, antara jarak dan besarnya radiasi yang diterima. Makin dekat jarak antara organ tubuh dan ponsel saat komunikasi, maka makin besar radiasi yang dialami oleh organ tubuh tersebut, demikian juga sebaliknya.
Oleh karena itu, sebaiknya sejak saat ini kita mencoba untuk meminimalisir efek radiasi yang kita terima. Berbagai usaha bisa kita lakukan, seperti: Menjaga jarak sejauh mungkin, antara telinga dan ponsel, saat kita sedang aktif berbicara. Kemudian, menggunakan aksesoris yang dapat mengurangi efek radiasi dari ponsel. Atau dapat juga dengan menggunakan hand set atau handsfree, sehingga radiasi yang keluar dari ponsel tidak akan langsung mengenai tubuh kita.
Tahun 2008
Tepatnya pada akhir bulan Maret, Vini Gautam Khurana, ahli bedah saraf dari Universitas Nasional Australia, Canberra, mempublikasikan hasil penelitiannya tentang bahaya radiasi ponsel.
Selama 15 bulan, Khurana menelaah lebih dari 100 penelitian yang telah dilakukan berbagai lembaga, tentang keselamatan penggunaan telepon seluler. Hasil penelitian itulah yang menimbulkan gelombang reaksi besar hingga sekarang, karena Khurana menyatakan penggunaan telepon seluler akan memicu epidemi tumor otak, yang akan membunuh lebih banyak orang ketimbang rokok. Menurut riset profesor peraih 14 penghargaan medis ini, penggunaan telepon seluler–langsung dari handset–lebih dari 10 tahun akan menggandakan risiko terkena kanker otak.
Tidak hanya Khurana yang punya perhatian besar terhadap dampak buruk penggunaan telepon seluler, lembaga penelitian bergengsi lain juga demikian. Di tahun yang sama namun pada bulan Juni Mobile Telecommunications and Health Research di Inggris, bekerja sama dengan Imperial College, London, mengadakan penelitian besar-besaran tentang apakah telepon genggam bisa memicu gejala kanker otak, alzheimer, dan parkinson. Penelitian yang didanai pemerintah Inggris dan sejumlah perusahaan seluler ini akan “membuntuti” 90 ribu orang responden selama setahun. Lalu mengevaluasi dampak kesehatannya.
Menjawab kekhawatiran dunia akan bahaya telepon genggam, Organisasi Kesehatan Dunia juga telah meluncurkan Health Evidence Network. Ini merupakan layanan informasi Organisasi Kesehatan Dunia Kantor Regional Eropa, sebagai referensi bagi pengambil keputusan di bidang medis.
Ternyata, menurut organisasi kesehatan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa ini, bukti bahwa radiasi telepon seluler dapat memicu tumor otak, tumor pada sel saraf pendengaran, tumor kelenjar saliva, leukemia dan limfoma, masih “lemah dan tak bisa disimpulkan”. Alasannya, orang hanya memakai telepon dalam waktu terbatas–bukan sepanjang hari secara terus-menerus.
Meski begitu, lembar fakta Organisasi Kesehatan Dunia menyebutkan, tidak ada bukti bukan berarti tidak ada efek. Harus ada penelitian lanjutan yang lebih spesifik untuk tiap-tiap kasus. Untuk itu, pada Oktober 2009, organisasi ini akan mengeluarkan rekomendasi resmi tentang aturan menggunakan telepon genggam, tentu saja berdasar penelitian yang lebih kredibel. Khurana sendiri menyarankan untuk membuat penelitian dampak penggunaan telepon seluler dalam jangka 10-15 tahun, agar menghasilkan “kajian ilmiah yang solid”.
dari bergagai sumber
No comments:
Post a Comment