Thursday, 19 November 2009

Apakah Era Perang "Cyber" Telah Dimulai?

Perusahaan keamanan jaringan internet, McAfee, baru-baru ini, mengingatkan bahwa China, Prancis, Israel, Rusia dan Amerika Serikat adalah sejumlah negara yang sedang mengembangkan senjata cyber.


"McAfee mulai memperingatkan adanya perlombaan senjata cyber lebih dari dua tahun lalu, tapi kini kita sedang menyaksikan fakta bahwa ancaman itu nyata," kata Dave DeWalt, presiden dan kepala eksekutif McAfee Inc.


"Sejumlah negara di dunia terlibat aktif dalam persiapan dan serangan semodel perang cyber. Sekarang, senjata (pemusnah massal) itu nuklir, tetapi dunia maya, dan semua orang mesti membiasakan diri dengan ancaman ini," katanya.


McAfee yang berbasis di Santa Clara, California ini, dalam laporan tahun kelimanya bertajuk "Virtual Criminology Report," menyebutkan bahwa China, Prancis, Israel, Rusia and AS telah mengembangkan "kemampuan cyber ofensif nan canggih."


McAfee mengatakan bahwa kecenderungan serangan cyber dengan sasaran politik terus meningkat, meskipun para pakar tidak bersepakat mengenai adanya perang cyber.


Diantara banyak kasus yang tersebutkan dalam laporan itu adalah kampanye perang cybercyber pada Juli 2009 terhadap laman-laman milik pemerintah AS dan Korea Selatan yang diyakini oleh sejumlah pakar dilakukan oleh Korea Utara. pada Agustus 2008 antara Georgia melawan kaum nasionalis Rusia selama perang Ossetia Selatan dan serangan


"Hampir setahun terakhir ini, serangan cyber bermotif politik telah meningkatkan kekhawatiran dan kecemasan, karena membidik target-target seperti Gedung Putih, Departemen Dalam Negeri, Dinas Rahasia AS dan Departemen Pertahanan di AS sendiri," kata McAfee.


"Negara kebangsaan aktif mengembangkan kemampuan peperangan cyber dan terlibat dalam perlombaan senjata cyber dengan target jejaring-jejaring pemerintah dan infrastruktur kunci," katanya.


McAfee mengungkapkan apa yang disebut "Perang Dingin Cyber" tampaknya tengah terjadi.


"Ketika kita belum menyaksikan adanya perang cyber yang panas antara negara-negara besar, upaya negara bangsa untuk membangun kemampuan serangan cyber yang bertambah canggih yang pada beberapa hal ada hasrat untuk menggunakannnya, menunjukkan bahwa 'Perang Dingin Cyber' telah dimulai," paparnya.


McAfee mengungkapkan, infrastruktur-infrastruktur kunci secara khusus ada dalam posisi rentan, sebagian karena ketergantungannya kepada Internet.


"Jika konflik cyber besar meledak, maka sangat mungkin bahwa sektor swasta akan terjebak," katanya.


"Sebagian besar pakar sepakat bahwa sistem infrastruktur kunci -seperti gardu listrik, perbankan dan keuangan, serta sektor minyak dan gas- di banyak negara rentan dari serangan cyber."


"Di negara maju, infrastruktur kunci itu tersambung dengan Internet dan ketidaksempurnaan fungsi keamanan jaringan, membuat instalasi-instalasi itu rentan dari serangan," demikian McAfee.


Perusahaan itu mengungkapkan, beberapa negara aktif memata-matai untuk mengindetifikasi kondisi rentan khusus dan mengutip seorang pakar yang tak mengungkapkan jati dirinya bahwa mereka tengah menghamparkan medan perang elektronik dan bersiap menggunakannya.


McAfee mengungkapkan apa yang dimaksud dengan langkah perang di dunia cyber -dan respon baliknya- belum jelas."Perang cyber menjerat begitu banyak aktor berbeda melalui begitu banyak cara berbeda sehingga hukum-hukum perang tidak jelas bentuknya," katanya.


"Tanpa pemahaman yang layak, nyaris mustahil menentukan kapan respons atau ancaman politik dari aksi militer ditentukan," ujarnya.

Sedangkan dari McAfee Eropa "Kalau langsung perang fisik akan butuh biaya besar, tapi kaloau perang cyber akan lebih murah dan efektif," kata Greg Day, analis utama McAfee Eropa. Ia menambahkan salah satu incaran dalam perang cyber di masa depan adalah infrastruktur, karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak



Laporan McAfee disiapkan oleh pakar keamanan jaringan Paul Kurtz, mantan penasehat Gedung Putih dan memasukkan wawancaran terhadap lebih dari 20 pakar hubungan internasional, keamanan nasional dan Internet dari seluruh dunia.

Tahun 2008 di Asia Tenggara


Satu tahun sebelumnya juga telah terjadi perang cyber. Puluhan situs milik Indonesia berhasil disusupi hacker yang mengaku berasal dari Malaysia. Situs-situs asal Indonesia itu berhasil di deface dengan menyertakan gambar alien dan dua buah blog yang masing-masing dimiliki warga negara Malaysia dan warga negara Indonesia.

Dengan demikian rupanya telah terjadi perseteruan antara hacker Indonesia dan Malaysia. Kedua hacker, yang masih-masing mengatasnamakan yadoyy666 (Indonesia) dan alien crew (Malaysia) saling unjuk kekuatan dengan melakukan aksi deface.


kredit gambar dari okezone.com
jejak yang ditinggalkan hacker malaysia pada situs indonesia

Akibatnya, puluhan situs Indonesia berhasil dideface oleh hacker asal Malaysia. Yang menjadi korban di antaranya situs Pemuda Hanura, Gerbang Linux, KBRI Beirut, FK Usakti 95, dan masih banyak lagi. Beberapa situs Malaysia pun mengalami aksi serupa akibat deface balasan dari hacker Indonesia. 

Jika hacker Malaysia melakukan aksinya dengan menggunakan tema Hacked by Anti Indon, hacker Indonesia justru mengambil tema Ganyang Malingsial.

Perang Cyber : Definisi


Meski belum ada definisi sebenarnya perang cyber, namun para pengamat menilai perang tersebut adalah saling serang untuk mencuri informasi rahasia suatu negara. "Jika seseorang mencuri informasi atau menanamkan bom logika, maka itu akan sulit sekali dilacak," kata Chris Wysopal dari Veracode.

Dalam hal ini, AS diketahui memiliki petunjuk manual aturan dan prosedur untuk menjalankan taktik perang cyber. Hal ini diketahui ketika AS melakukan hacking terhadap seluruh jaringan cyber di Irak sebelum melakukan serangan fisik. AS dengan mudah mengetahui posisi tentara Irak, termasuk kekuatan persenjataan mereka, sehingga memudahkan operasi tentara AS. 

Dan sepertinya perang cyber ini dalam skala sedang bisa saja merupakan upaya untuk menguasai suatu negara secara cyber untuk dapat dikeruk Sumber Daya Alamnya, namun dalam arti lebih luas lagi serta kalau saya gabungkan dengan Teori Konspirasi, dengan adanya senjata cyber akan berusaha untuk menguasai dunia. Entahlah, mungkin karena bentuk dugaan saya saja.

(sumber : antara, mediaindonesia, okezone)

No comments:

Post a Comment